BY : DINI KARTIKA
Sawah yang hijau itu terhampar luas dan tersusun rapi. Ujung padi yang mulai menguning itu menambah keindahan pemandangan tersebut. Terlihat para petani dan kerbaunya sedang membajak sebuah petak sawah yang masih kosong berisi tanah dan lumpur. Disamping sawah itu terdapat sungai kecil yang jernih dan bersih.
Di sungai itu terlihat beberapa anak kecil yang sedang mandi dan bermain-main dengan riangnya. Banyak pohon kelapa tinggi yang mengelilingi sawah itu. Tampak diatas pohon kelapa itu ada beberapa buah kelapa muda ayang siap dinikmati.
Terlihat ada seorang petani sedang beristirahat di gubuk kecil yang ada di sebalah sawah itu. Ia sedang menikmati kelapa muda yang kelihatannya sangat segar. Beberapa orang petani terlihat sedang sibuk dengan apa yang mereka lakukan. Ada yang sedang membajak sawah, ada yang menanam padi, memanen padi, dll.
Di tengah-tengah sawah itu ada sebuah orang-orangan sawah dan di sampingnya ada tiang yang terbuat dari bambu dan bagian atasnya diberi tas kresek yang akan bergerak-gerak bila terkena angin. Hal itu membuat burung-burung yang akan memekan padi menjadi takut.
Gunung Ijen
BY: SOVIRA FITRA AULIA
Gunung Ijen adalah sebuah gunung berapi aktif yang yerletak
didaerah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Gunung ini mempunyai ketinggian
2.443 m dan telah empat kali meletus (1796, 1817, 1913, dan 1936). Untuk
mendaki gunung ini bisa berangkat dari Banyuwangi ataupun Bondowoso.
Kawah Ijen berada di
puncak Gunung Ijen yang memiliki tinggi 2386 meter di atas permukaan laut
dengan kedalaman danau 200 meter dan luas kawah mencapai 5466 hektar. Dari sini
kita bisa melihat hamparan belerang berwarna biru yang biasa disebut “The Blue
Fire”. Bau belerang disini juga sangat menyengat. Banyak sekali para penambang belerang yang tak memerdulikan
bau itu karena, menurut mereka ‘lebih baik mati, daripada keluarga kelaparan’.
Para penambang itu biasanya berangkat dari rumah masing-masing pada dini hari.
Begitu juga halnya dengan para wisatawan yang ingin menyaksikan matahari yang
terbit dari ufuk timur. Keindahan alam disini memang banyak mengundang decak
kagum dari para wisatawan.
PANTAI KUTA
by: Bella Widya Sari
Pantai Kuta adalah
sebuah tempat pariwisata yang terletak di sebelah selatan Denpasar, ibu kota Bali, Indonesia. Kuta terletak di Kabupaten Badung. Daerah ini merupakan sebuah
tujuan wisata turis mancanegara, dan telah menjadi objek wisata andalan Pulau
Bali sejak awal 70-an. Pantai Kuta sering pula disebut sebagai pantai matahari terbenam
(sunset beach) sebagai lawan dari pantai Sanur.
Sebelum menjadi objek wisata, Kuta merupakan sebuah pelabuhan
dagang. Di mana produk dari lokal diperdagangkan kepada pembeli dari luar Bali.
Pada abad ke-19, Mads Lange, seorang pedagang Denmark, datang ke Bali dan
mendirikan basis perdagangan di Kuta. Keahliannya dalam bernegosiasi, membuat
Mads Lange sebagai pedagang yang terkenal antara raja-raja Bali dengan Belanda.
Hugh Mahbett juga telah menerbitkan sebuah buku berjudul “Praise
to Kuta” yang berisi ajakan kepada masyarakat setempat untuk menyiapkan
fasilitas akomodasi wisata. Tujuannya untuk mengantisipasi ledakan wisatawan
yang berkunjung ke Bali. Buku itu kemudian menginspirasi banyak orang untuk
membangun fasilitas wisata seperti penginapan, restoran dan tempat hiburan.
Di Kuta terdapat banyak pertokoan, restoran dan tempat permandian
serta menjemur diri. Selain keindahan pantainya, pantai Kuta juga menawarkan
berbagai macam jenis hiburan lain misalnya bar dan restoran di sepanjang pantai
menuju pantai Legian. Rosovivo, Ocean
Beach Club, Kamasutra, adalah beberapa club paling ramai di
sepanjang pantai Kuta.
Pantai ini juga memiliki ombak yang cukup bagus untuk olahraga
selancar (surfing), terutama bagi peselancar pemula. Lapangan
Udara I Gusti Ngurah Rai terletak
tidak jauh dari Kuta.
DANAU TOBA
by: Devinda Eka Putri
Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan ukuran panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer yang terletak di Provinsi
Sumatera Utara, Indonesia. Danau ini merupakan
danau terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Di tengah danau ini
terdapat sebuah pulau vulkanik bernama Pulau Samosir.
Danau Toba sejak lama menjadi daerah tujuan wisata
penting di Sumatera Utara selain Bukit Lawang, Berastagi dan Nias, menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.
Sejarah
Diperkirakan Danau Toba terjadi saat ledakan sekitar 73.000-75.000 tahun yang lalu dan merupakan letusan supervolcano (gunung berapi super) yang paling baru. Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan Technological University memperkirakan bahwa bahan-bahan vulkanik yang dimuntahkan gunung itu
sebanyak 2.800 km³, dengan 800 km³ batuan ignimbrit dan 2.000 km³ abu vulkanik
yang diperkirakan tertiup angin ke barat selama 2 minggu. Debu vulkanik yang
ditiup angin telah menyebar ke separuh bumi, dari Cina sampai ke Afrika Selatan. Letusannya terjadi
selama 1 minggu dan lontaran debunya mencapai 10 km di atas permukaan laut.
Kejadian ini menyebabkan kematian massal dan pada
beberapa spesies juga diikuti kepunahan. Menurut beberapa bukti DNA, letusan ini juga
menyusutkan jumlah manusia sampai sekitar 60% dari jumlah populasi manusia bumi
saat itu, yaitu sekitar 60 juta manusia. Letusan itu juga ikut menyebabkan
terjadinya zaman es, walaupun para ahli
masih memperdebatkannya.
Setelah letusan tersebut, terbentuk kaldera yang kemudian terisi oleh air dan menjadi yang sekarang dikenal sebagai
Danau Toba. Tekanan ke atas oleh magma yang belum keluar menyebabkan munculnya Pulau
Samosir.
Tim peneliti multidisiplin internasional, yang
dipimpin oleh Dr. Michael Petraglia, mengungkapkan dalam suatu konferensi pers
di Oxford, Amerika Serikat bahwa telah ditemukan situs arkeologi baru yang
cukup spektakuler oleh para ahli geologi di selatan dan utara India. Di situs
itu terungkap bagaimana orang bertahan hidup, sebelum dan sesudah letusan
gunung berapi (supervolcano) Toba pada 74.000 tahun yang lalu, dan bukti
tentang adanya kehidupan di bawah timbunan abu Gunung Toba. Padahal sumber
letusan berjarak 3.000 mil, dari sebaran abunya.
Selama tujuh tahun, para ahli dari oxford University
tersebut meneliti projek ekosistem di India, untuk mencari bukti adanya
kehidupan dan peralatan hidup yang mereka tinggalkan di padang yang gundul.
Daerah dengan luas ribuan hektare ini ternyata hanya sabana (padang rumput).
Sementara tulang belulang hewan berserakan. Tim menyimpulkan, daerah yang cukup
luas ini ternyata ditutupi debu dari letusan gunung berapi purba.
Penyebaran debu gunung berapi itu sangat luas,
ditemukan hampir di seluruh dunia. Berasal dari sebuah erupsi supervolcano
purba, yaitu Gunung Toba. Dugaan mengarah ke Gunung Toba, karena ditemukan
bukti bentuk molekul debu vulkanik yang sama di 2100 titik. Sejak kaldera kawah
yang kini jadi danau Toba di Indonesia, hingga 3000 mil, dari sumber letusan.
Bahkan yang cukup mengejutkan, ternyata penyebaran debu itu sampai terekam
hingga Kutub Utara. Hal ini mengingatkan para ahli, betapa dahsyatnya letusan
super gunung berapi Toba kala itu.
Kerusakan lingkungan
Wilayah di sekitar Danau Toba dan pulau Samosir telah
menjadi sasaran penebangan hutan yang telah menyebabkan pendangkalan sungai-sungai di sekitar Danau Toba
akibat lumpur hasil erosi di atas tanah bekas penebangan. Program penanaman
sejuta pohon yang digerakkan pemerintah Provinsi Sumatera Utara pun dikatakan
tidak efektif karena banyak pohon yang mati karena tidak dirawat. Hal ini
menyebabkan tiga aktivis lingkungan Sumatera Utara, Marandus Sirait, Hasoloan Manik, dan Wilmar Eliaser Simandjorang mengembalikan semua piagam penghargaan yang pernah diberikan pemerintah Provinsi
Sumatera Utara.[1]
PANTAI KELAPA
by: Sizka Zola Amarta
Kabupaten Tuban, ternyata memiliki beberapa tempat wisata meanrik
sebagai lokasi alternatif mengisi liburan, salah satunya Pantai Kelapa.
Warga sekitar menyebut dengan nama Pantai Kelapa karena di lokasi atau
pantai inilah satu-satunya pantai yang banyak ditumbuhi pohon kelapa.
Hingga kini, pantai ini pun terkenal dengan nama Pantai Kelapa.
Selain cocok untuk tujuan wisata alternatif, selain tempat atau
lokasi wisata lain di Tuban, pantai ini juga dapat digunakan untuk
kegiatan lainnya, seperti olahraga serta kegiatan seperti perkemahan
bagi Pramuka. Sayang, keindahan Pantai Kelapa tidak dibarengi dengan
penataan kebersihan sepanjang pinggir pantai, hingga sedikit mengganggu
pemandangan.Padahal, hampir setiap sore, warga desa setempat, khususnya kaum muda, selalu melakukan aktifitas olahraga, terutama sepak bola pantai. Tak hanya olahraga sepakbola, setiap hari Minggu sore, Persatuan Olahraga Layar Seluruh Indonesia (Porlasi) Kabupaten Tuban, juga menjadikan Pantai Kelapa sebagai sarana atau tempat berlatih atlet binaannya.
Sedangkan, pada hari-hari tertentu, seperti hari Sabtu dan Minggu, pantai ini juga seringkali digunakan sebagai tempat kegiatan perkemahan para Pramuka, baik dari Tuban maupun dari kabupaten atau kota lainnya di Jawa Timur. bahkan, keramaian peserta perkemahan akan bertambah bila masa liburan sekolah tiba.
Disela membersihkan jaring ikannya, Mas No, warga setempat yang ditemui artawan jurnalberita.com mengatakan bila dirinya mengaku memiliki keuntungan dari seringnya lokasi Pantai Kelapa digunakan untuk kegiatan perkemahan oleh para Pramuka.
“Beberapa lokasi dan lahan di Pantai Kelapa ini dimiliki oleh beberapa orang, sehingga pemasukan atau keuntungan dari seringnya kegiatan yang dilakukan disini, dapat digunakan untuk membayar pajak. Warga juga dapat keuntungan karena pemakaian kamar mandi oleh para pendatang,” ujarnya.
Lokasi perkemahan tak jauh dari perumahan warga. mereka pun merasakan keutungan dari keberadaan lokasi perkemahan. Terlebih, waktu perkemahan, biasanya lebih dari sehari.
“Kami memilih Pantai Kelapa karena sangat cocok. Selain warga setempat sangat kondusif, alamnya sangat mendukung. Selain itu lokasinya banyak ditumbuhi pohon kelapa sehingga sangat sejuk,” ujar Yanto, Pembina Pramuka asal Kedungpring – Lamongan.
selain itu, kata Yanto, kegiatan yang mereka lakukan dapat dipadukan antara kegiatan di darat dan di pantai, sehingga anak-anak gembira setiap melakukan kegiatan. “Daerah kami kan jauh dengan laut, sehingga mereka sangat antusias saat kami beritahu akan berkemah di Pantai Kelapa ini,” kata Yanto.
AIR TERJUN COBAN RONDO
by: Erlinda Novita Sari
Coban Rondo
Air terjun Coban Rondo terletak di lereng Gunung Kawi, Kabupaten Malang yang menurut administrasi pengelolaan hutan masuk dalam wilayah KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan) Perum Perhutani Malang. Sedangkan menurut administrasi pemerintahan, Cobanrondo berada di Desa Pandesari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang.Untuk berkunjung ke tempat wisata ini tidak terlalu sulit, karena saat melewati jalan raya antara Batu menuju Pujon, Anda dapat melihat petunjuk jalan menuju ke air terjun Coban Rondo. Jalanan yang sudah baik memudahkan pengunjung yang datang menggunakan kendaraan. Tempat wisata ini juga dapat dicapai dengan menggunakan angkutan umum karena letaknya yang tidak terlalu jauh dari keramaian.
Menikmati Cobanrondo

Dengan suhu rata-rata sekitar 22 derajat Celcius, Anda akan menikmati kesejukan suasana. Sehingga tidak heran jika banyak pengunjung yang senang untuk bersantai di bawah pepohonan atau duduk sejenak diatas bangku batu yang tersedia.
Dalam tempat wisata ini juga ada fasilitas lain seperti arena bermain anak atau tempat untuk Anda yang ingin berkemah di alam terbuka. Dalam perjalanan, Anda akan melewati jembatan yang membentang di atas sungai. Suara riak air terdengar menyejukkan. Di ujung jalan, banyak pula pedagang-pedagang yang menawarkan makanan, minuman, atau souvenir unik yang bisa dijadikan kenang-kenangan atau oleh-oleh.
Hal lain yang juga menarik adalah adanya monyet-monyet yang muncul untuk meminta atau mencari makanan dari para pengunjung. Tingkahnya yang lucu, banyak menarik perhatian anak-anak.
Air Terjun Coban Rondo
Saat tiba di depan air terjun Coban Rondo, suasana segar dan dingin langsung terasa. Air terjun dengan ketinggian 84 meter ini terlihat perkasa dengan mencurahkan begitu banyak air. Pada musim hujan, debit air terjun sebanyak 150 liter setiap detik, sedangkan pada musim kemarau debit airnya 90 liter per detik.Rasa penat akan hilang dengan menikmati air terjun yang berada pada ketinggian 1.135 meter di atas permukaan laut. Pemandangan indah alami di sekitar air terjun dapat memberikan ketenangan. Anda juga dapat merasakan dinginnya air yang menghujani tubuh atau berenang di kolam di bawah air terjun yang akan memberi kesegaran. Kesempatan untuk berfoto di depan air terjun bersama teman atau keluarga tidak pernah dilewatkan para pengunjung.
Legenda Coban Rondo
Coban merupakan kata dalam bahasa Jawa yang berarti air terjun. Sedangkan rondo berarti janda. Ada legenda tentang asal-usul nama air terjun ini. Cerita ini dapat Anda lihat di dekat air terjun, di dalam sebuah bingkai kaca, tertulis Legenda Cobanrondo yang merupakan asal-usul nama tempat ini.Kisahnya adalah ketika pasangan suami istri yang baru menikah. Sang istri bernama Dewi Anjarwati yang berasal dari Gunung Kawi. Sedangkan suaminya bernama Raden Baron Kusuma yang berasal dari Gunung Anjasmoro.
Ketika pernikahan sudah mencapai 36 hari (selapan), Dewi Anjarmwati mengajak suaminya untuk mengunjungi Gunung Anjasmoro, daerah asal suaminya. Orang tua Dewi Anjarwati melarang keduanya pergi karena baru selapan. Tetapi, Dewi Anjarwati dan suaminya tetap berkeras untuk pergi.
Ketika dalam perjalanan, mereka berdua dikejutkan dengan kehadiran Joko Lelono yang tidak diketahui asal-usulnya. Joko Lelono terpikat oleh kecantikan Dewi Anjarwati dan berusaha merebutnya.
Akhirnya perkelahian antara Raden Baron Kusuma dengan Joko Lelono tidak dapat dihindarkan. Kepada punokawan yang menyertainya, Raden Baron berpesan agar Dewi Anjarwati disembunyikan di tempat yang ada cobannya (air terjun). Perkelahian terus berlangsung sampai akhirnya Raden Baron dan Joko Lelono sama-sama tewas. Dengan demikian Dewi Anjarwati menjadi janda atau dalam bahasa Jawa yaitu rondo. Sejak saat itu, air terjun tempat Dewi Anjarwati menunggu suaminya disebut Coban Rondo. Konon, batu besar di bawah air terjun merupakan tempat duduk sang putri.
0 komentar:
Posting Komentar